Kamis, 26 Juni 2008

Kentongan

Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.
Kesenian khas Banyumasan yang sedang marak sekarang ini adalah seni kenthongan. Bentuk kesenian karnaval atau drumband tradisional ini memang selalu menarik untuk ditonton. Pertunjukannya yang bisa sambil berjalan/devile dan display/bermain dalam seni konfigurasi, menjadi ciri khusus pertunjukan kesenian kenthongan. Kesenian ini mulai muncul tahun 1997 dari kawasan Ajibarang, Banyumas, tepatnya dari grumbul Tambakan, Desa Ajibarang Kulon, Banyumas. Awalnya disitu muncul grup seni Thek-Thek Pring/Bambu. Karena musik bambu ini amat lentur untuk mengiringi lagu-lagu jenis apapun, tak pelak kesenian ini amat cepat berkembang. Bahkan tahun 2004 telah menjadi kesenian yang benar-benar marak dan tumbuh dimana-mana. Hampir setiap RT se Kabupaten Banyumas memiliki grup thek-thek atau kenthongan. Bahkan saking maraknya kesenian ini tumbuh, tahun 2004 pula seniman Edi Romadhon mengumpulkan 25 grup kenthongan untuk bermain bersama dalam Orkestra Kenthongan, dengan jumlah pemain 1050 orang. Seribu orang lebih ini selama 3 bulan berlatih bersama menggarap lagu-lagu populer Banyumasan seperti Megot, Baturraden dan lagu pop/dangdut nasional seperti Kopi Lambada, Putri Panggung, dengan format gerak konfiguratif yang menarik, dan instrumen pengiring yang rancak. Hasilnya, rekor MURI pun terpecahkan, sebagai Orkestra Musik Kenthongan dengan pemain terbanyak se dunia. Upaya pelestarian dan pengembangan kesenian khas Banyumasan memang wajib dilakukan, terutama oleh seniman tradisi mereka sendiri. Tokoh seniman Genjring Banyumasan, Kus Bendol mengaku salut atas pola pengembangan yang dilakukan Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB). Selain berbagai kesenian tradisional yang sudah berkembang tersebut dihidupkan dengan berbagai cara, misalnya festival, juga ada pengembangan kreatif yang patut menjadi contoh bagi daerah lain. ”Contohnya sekarang DKKB sedang mengembangkan kolaborasi antara seni lengger calung dengan kenthongan dan genjring. Nama jenis kesenian baru ciptaan DKKB ini adalah Cakenjring yang merupakan akronim dari Calung-Kenthong dan Genjring. Ternyata kolaborasi ini amat menarik, karena nuansa agamis pun bisa disajikan dalam format rancak gembira tak mendayu-dayu. Lewat aranger Edi Romadhon dan Sungging Suharto, Cakenjring bakal pentas di Malaysia bulan November besok. Ini sungguh menarik” kata Kus Bendol. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Banyumas, Darkam Anom Sugito mengakui, seiring berjalannya waktu, sejumlah kesenian khas Banyumas ada yang tumbuh dan tenggelam. Hal itu lantaran gejolak yang terjadi dalam tubuh cabang seni. Antara lain tenggelam saat sudah tidak ada lagi generasi muda yang mau meneruskan, atau semakin bertumbuh jika seni menjadi populer serta banyak yang memperlajarinya.

Tidak ada komentar: